Kamis, 31 Januari 2013

Seberapa Rasa Sayangmu untuk Ibu?

ORGINAL by Aini

Siang itu, seorang ibu tampak asyik berkumpul bersama keempat orang anaknya di beranda rumah mereka yang sederhana. Fera, anak yang tertua berumur 15 tahun, Fina yang kedua berumur 13 tahun, Fia yang ketiga berumur 11 tahun, dan si bungsu Fania berumur 7 tahun. Ibu itu tampak asyik membolak-balik sebuah majalah bersampul seorang wanita cantik berpakaian muslimah. Sementara anak-anaknya asyik bermain Monopoli. Siang itu cuaca cerah berawan, angin sepoi-sepoi yang membuat mereka terlarut dalam suasana santai.

Ketika membalik halaman majalah, mata sang Ibu tertumbuk pada pertanyaan di sebuah kolom di majalah tersebut. "Seberapa rasa sayangmu pada Bunda?". Sang ibu tersenyum, lalu kemudian tersirat untuk menanyakan hal itu pada anak-anaknya, hanya sekedar bermain saja.

"Anak-anak.. sini deh... Lihat nih di majalah ada pertanyaan... katanya.. Seberapa rasa sayangmu pada Bunda? Ibu pengen tau deh... kalo kalian gimana? Rasa sayang kalian sama Ibu bagaimana..?"

Keempat gadis itu serempak menghentikan permainannya, saling berpandangan, kemudian kompak mendatangi ibunya dan duduk mengelilingi ibunya sambil melihat majalah itu.

Si Sulung Fera bersuara.
"hmm.....  Ibu ingat waktu Papa mengajak Fera ke Puncak dan melihat Gunung Gede dari kejauhan?"
ibunya mengangguk.
"Rasa sayang Fera sama Ibu lebih tingggiiiiiii dari gunung itu..." ucapnya sambil memeluk ibunya.

Sang ibu tersenyum senang sambil mengelus rambut si Sulung.

"ng.. kalo Fina, rasa sayang Fina lebih dalaaam dari laut di pantai Pelabuhan Ratu". Ucap Fina gembira. Ibunya memeluk anak keduanya itu.

Si Bungsu tiba-tiba nyeletuk
"kalo Fania nih, Buu...Ibu ingat ngga waktu kita ngantri Istana Boneka di Dufan. itu kan panjaang sekali... sayang Fania sama Ibu lebih panjaaaanggg dari antrian Istana Boneka itu.."
Ucap Si Bungsu tidak mau kalah. Demi mendengar perumpamaan puteri kecilnya itu, sang Ibu tertawa tergelak.

Fia, hanya tersenyum sambil mendengarkan celotehan kakak-kakak dan adiknya.

Ibunya tersenyum "kalo Fia bagaimana?" tanyanya.

Fia tersenyum.
"Fia tidak bisa menggambarkan rasa sayang Fia, Bu.." ucapnya.

Sang Ibu tampak kecewa....
"Ya sudah ngga apa-apa... ayo sekarang kita istirahat yuk.. sudah jam 2 nih... " ajaknya.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Jam dinding rumah menunjukkan pukul setengah 4. Geliat aktivitas di rumah itu tampak terlihat di dapur. Ibu sedang menyiapkan masakan untuk makan malam mereka. Saat sedang menggoreng, Ibu ingat kalau dia tidak punya asam jawa untuk membuat sayur asam. Sementara, bahan-bahan sudah direbus di panci. Tiba-tiba Fina melewati dapur sambil membawa handuk, hendak mandi.

"ah kebetulan Fina... Ibu kehabisan asam jawa, nak... tolong belikan sebentar ke warung Bu Siti ya...". Fina terhenti dengan raut tidak suka.
:Fina kan mau mandi, bu.. tuh.. suruh Kak Fera aja..." katanya.
Fera yang merasa namanya disebut beranjak ke dapur dari ruangan TV.

"Ada apa, sih?" tanyanya.
"tuh, Kak.. Ibu kehabisan asam.. tolong beliin ke warung Bu Siti katanya, aku mau mandi.." sergah Fina.
Fera menyahut.
"Aku juga ngga bisa pergi dong... bentar lagi Ima datang mau mengerjakan PR bareng. Warung Bu Siti kan jauh, kalo nanti dia dateng aku ngga ada giman. Nanti dia malah pulang lagi.." elak Fera.

Ibu yang mendengar pertengkaran mereka memuncak kekesalannya.
"Sudah-sudah..! Ibu pergi sendiri saja!" ucapnya sambil mematikan kompor dan mengangkat ikan dari penggorengan.

Fania yang mendengar keributan mereka hanya diam saja. tidak mungkin Ibu menyuruhnya untuk pergi ke warung Bu Siti yang jaraknya sekitar 1 km. Dia masih kecil.

Tergopoh-gopoh ibu memasuki kamar sambil mengambil uang dari dompetnya. Fia yang masih tiduran di kamarnya dan tidak tahu pertengkaran itu melihat ibunya tergopoh-gopoh melewati kamarnya. Dia segera loncat dari tempat tidurnya.

"Ada apa sih, Bu? Kok buru-buru sekali..?" tanyanya.
Ibu yang sibuk mencari uang 500an berkata singkat.
"ibu mau beli asam. habis".
"Fia aja yang beli, Bu". ucap Fia sambil mengambil 2 logam uang 500an dari tangan ibunya.
"Kamu kan jam setengah 5 ada latihan karate?" balas ibunya.
"ngga apa-apa, Bu. sebentar ini kan... aku pakai sepeda aja..". ucap Fia sambil berlari keluar.

Ibu ikut berlari ke depan, dia melihat Fia tangkas mengambil sepedanya, kemudian mengayuhnya dengan wajah riang. Tiba-tiba terbayang wajah Fia tadi siang, sambil tersenyum ia berkata.

"Fia tidak bisa menggambarkan rasa sayang Fia, Bu.."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar